REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON — Pesawat model dengan teknologi radar atau
dioperasikan dengan remote control potensial menjadi senjata baru
teroris. Baru-baru ini, pria 26 tahun asal Boston ditangkap karena
dicurigai merencanakan serangan ke Pentagon dan Gedung Kongres AS dengan
pesawat mini yang diidi bahan peledak dan dioperasikan dengan remote
control.
FBI menyatakan, Rezwan Ferdaus, pria yang diutangkap
itu, mengaku menggunakan replika pesawat jet sepanjang 7,5 inci itu
sebagai uji coba. Pesawat dioperasikan dengan GPS dan mampu berlari pada
kecepatan 100 mph.
Biro Federal AS mengingatkan potensi langkah
Ferdaus akan diikuti yang lain dan meminta penjualan pesawat jenis ini
diawasi. Ferdaus sendiri mengaku membelinya secara online melalui
internet.
Namun pakar kontraterorisme yang juga pehobi
model-aircfaft, Greg Hahn, menyangsikan hal ini. Mungkin pesawat itu
bisa digunakan untuk membawa bahan peledak, kata direktur teknik The
Academy of Model Aeronautics, namun dampak yang ditimbulkan akibat
ledakannya skalanya kecil saja. "Pesawat terlalu kecil untuk membawa
bahan peledak yang cukup, lagipula hal ini mengurangi kemampuan
terbangnya," katanya.
Rick Nelson, mantan pilot helikopter AL
Amerika dan peneliti senior di The Center for Strategic and
International Studies, menyatakan Ferdaus menghantamkan pesawat pada
jendela untuk menimbulkan efek maksimal dan mampu mengendalikan pesawat
secara cermat.
"Menerbangkan pesawat dengan remote control tak
segampang kelihatannya. Belum lagi menambahkan bahan peledak dan
detonatornya, itu sungguh hal yang sulit dilakukan," katanya.
sumber : http://id.berita.yahoo.com/hati-hati-pesawat-mainan-dengan-remote-control-bisa-064836520.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar